OtoNews - Rolls-Royce secara global selain dikenal sebagai produsen mobil mewah, juga mengembangkan bisnis kedirgantaraan yakni menyuplai mesin pesawat terbang. Belakangan muncul kabar Rolls-Royce terlibat masalah suap.
Seperti dilaporkan Carscoops, Senin (23/1/2017), Rolls-Royce diketahui telah melakukan aksi suap selama beberapa tahun belakangan yang dilakukan pemimpin sebelumnya. Pengungkapan aksi suap ini sendiri dilakukan oleh CEO Rolls-Royce baru, Warren Timur, sejak 2015.
"Aksi suap yang ditemuakan oleh kantor penyidik Inggris, benar-benar tidak dapat diterima dan kami meminta maaf tanpa syarat untuk itu," ungkap Timur
Rolls-Royce juga mengungkap, aksi suap dilakukan untuk memuluskan tender pembelian pesawat yang diproduksinya.
Aksi suap tersebut juta melibatkan pejabat tinggi di beberapa negara seperti Rusia, India, dan Nigeria. Termasuk Indonesia yang baru-baru ini pejabat maskapai Garuda Indonesia juga terbelit kasus suap.
Saat ini Rolls-Royce Holdings sebagai perusahaan kedirgantaraan memiliki lebih dari 50 ribu karyawan di seluruh dunia. Selain itu, Rolls-Royce juga memiliki pendapatan sebesar USD17 miliar setara dengan Rp227 triliun pada 2015.
Saat ini Rolls-Royce Holdings sebagai perusahaan kedirgantaraan memiliki lebih dari 50 ribu karyawan di seluruh dunia. Selain itu, Rolls-Royce juga memiliki pendapatan sebesar USD17 miliar setara dengan Rp227 triliun pada 2015.
Sedangkan perusahaan Rolls-Royce Motor Cars memiliki karyawan sebanyak 1.300 orang dengan angka penjualan mobil 4.000 unit pada 2016, dengan nilai pendapatan mencapai 1,2 miliar setara dengan Rp16 triliun.
Sebagai informasi, Rolls-Royce mulai mendirikan usaha kedirgantaraannya pada 1940. Hingga pada 1998 produsen BMW mengambil alih merek mobil mewah ini hingga sekarang.
Sebagai informasi, Rolls-Royce mulai mendirikan usaha kedirgantaraannya pada 1940. Hingga pada 1998 produsen BMW mengambil alih merek mobil mewah ini hingga sekarang.